BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Minggu, 13 November 2011

kumpulan surat - surat al qur'an

Surah Al-Ikhlas (Arab:الإخلاص, "Memurnikan Keesaan Allah") adalah surah ke-112 dalam al-Qur'an. Surah ini tergolong surah Makkiyah, terdiri atas 4 ayat dan pokok isinya adalah menegaskan keesaan Allah sembari menolak segala bentuk penyekutuan terhadap-Nya. Kalimat inti dari surah ini, "Allahu ahad, Allahus shamad" (Allah Maha Esa, Allah tempat bergantung), sering muncul dalam uang dinar emas pada zaman Kekhalifahan dahulu. Sehingga, kadang kala kalimat ini dianggap sebagai slogan negara Khilafah Islamiyah, bersama dengan dua kalimat Syahadat.

Asbabun Nuzul

SURAH AL-KAFIRUN

“PENYANGKAL KEBENARAN”

بِِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan Nama Allah, Maha Pengasih, Maha Penyayang.
Surah ini mengenai sebuah peristiwa ketika beberapa orang kafir berusaha mengadakan dialog dengan Nabi dalam rangka menjatuhkan beliau agar kaum muslim kembali ke kebiasaan lamanya menyembah berhala. Mereka mengusulkan untuk menyembah Allah selama satu tahun, mengikuti ajaran Nabi, dan tahun berikutnya mereka semua, termasuk Nabi dan kaum muslim, menyembah berhala-berhala tradisional mereka. Dengan demikian mereka akan berganti-ganti praktik ibadat sampai salah satu cara terbukti benar pada salah satu pihak. Maka, menurut jalan pikiran kaum kafir, jika ajaran Nabi benar, mereka akan memperoleh keuntungan dari mengikuti ajaran Nabi; tapi, jika praktik kaum kafir benar, maka mereka dan kaum muslim akan mendapat keuntungan dari menyembah berhala-berhala. Surah ini mempakan jawaban dari mereka yang percaya dan beriman kepada mereka yang tidak beriman.
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ
1. Katakanlah: Wahai orang-orang yang menyangkal kebenaran (kafir)!
لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ
2. Aku tidak menyembah apa yang kamu sembah,
Ini adalah ungkapan penegasan dari orang beriman, yang percaya bahwa ia akan menerima dan merasakan rahmat dari Pencipta Yang Mahaesa. Oleh karena itu ia memberitahu orang kafir, 'Aku tidak menyembah apa yang kamu sembah.' Orang yang beriman, malahan, menyembah langsung sumber makanan batinnya, yang menjaga agar selamat dari kegelapan yang melingkupi orang lain dan yang memberinya cahaya dan pencerahan. Sumber tersebut menambah keimanannya melalui ' ubudiyah (ibadah)nya dan melindunginya dari segala bahaya. Ibadah menjadikan perjalanannya mu'abbad (mudah, lancar, tidak ada perlawanan). Dengan kerendahan hatinya ia diangkat semakin lama semakin dekat kepada sumber mata air.
وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ
3. Dan kamu tidak menyembah apa yang aku sembah.
Dengan kata lain: Engkau tidak punya jalan menuju sumber yang aku sembah, karena engkau tidak menyembah energi halus yang memancarkan semua Sifat.
وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَّا عَبَدتُّمْ
4. Dan aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah,
Tidak pernah akan, dan tidak pernah bisa, setelah tercerahkan, setelah dibukakan, setelah mengetahui Allah, menghormati atau memuja apa yang engkau sembah.
وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ
5. Dan kamu pun tidak akan menyembah apa yang akn sembah.
Di masa akan datang, engkau pun tidak akan pernah menyembah kebenaran yang aku sembah. Ini merupakan ramalan yang menunjukkan bahwa orang-orang yang dalam kekufuran akan tetap dalam kekufuran. Ada orang yang telah diciptakan sebagai bahan bakar neraka, sebagaimana berulang kali dikatakan dalam Alquran, dan fakta ini tidak dapat diubah. Mereka akan tetap begitu meskipun kita meminta agar mereka tidak melakukan itu, meskipun segala upaya dilakukan untuk menarik mereka ke dalam cahaya din.
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
6. Untukmu agamamu dan untukku agamaku!
Orang yang beriman berada dalam ketenangan hati yang sempuma dan orang yang tahu bahwa segala sesuatu berada dalam genggaman Allah menyimpulkan, 'Engkau mempunyai jalan sendiri, jalan yang kau pilih untuk melengkapi lagi dirimu dan berinteraksi dengan orang lain, dengan wujud apa pun yang kau anggap mutlak, dan aku punya jalan sendiri!' Kemudian orang-orang yang beriman dan berkeyakinan teguh bergandengan tangan mengikuti metoda yang telah disempumakan dari model Muhammad. Mereka tidak diterangi dari luar; penerangan mereka ber-asal dari dalam. Mereka berjalan sepanjang pantai lautan cahaya, dan pantai ini ada batas-batasnya. Inilah jalan orang mukmin, j'alan keyakinan yang sempurna.[]
Dilihat dari peristiwa paling pertama, Abdullah bin Mas'ud meriwayatkan bahwa sekelompok Bani Quraisy pernah meminta Nabi Muhammad untuk menjelaskan leluhur Allah dan kemudian turun surah ini. Riwayat lain bersumber dari Ubay bin Ka'ab dan Jarir bin Abdillah yang menyebutkan bahwa kaum Musyrikin berkata kepada Nabi Muhammad, "Jelaskan kepada kami sifat-sifat Tuhanmu." Kemudian turun surah ini untuk menjelaskan permintaan itu.[3] Dalam hadits ini, hadits yang bersumber dari Jarir bin Abdullah dijadikan dalil bahwa surah ini Makkiyah. Selain itu dari Ibnu Abbas dan Sa'id bin Jubair menyebutkan bahwa kaum Yahudi yang diantaranya Kab bin Ashraf dan Huyayy bin Akhtab datang menemui Nabi dan bertanya hal yang sama dengan hadits pertama, kemudian turun surah ini.[4] Dalam hadits ini Sa'id bin Jubair menegaskan bahwa surah ini termasuk Madaniyah. Dan juga riwayat Qatadah menyebutkan Nabi Muhammad didatangi kaum Ahzab (Persekutuan antara kaum Bani Quraisy, Yahudi Madinah, Bani Ghatafan dari Thaif dan Munafiqin Madinah dan beberapa suku sekitar Makkah) yang juga menyanyakan gambaran Allah dan diikuti dengan turunnya surah ini.
Karena adanya berbagai sumber yang berbeda, status surah ini Makkiyah atau Madaniyah masih dipertanyakan dan seolah-olah sumber-sumbernya tampak kotradiksi satu-sama lain. Menurut Abul A'la Maududi, dari hadits-hadits yang meriwayatkannya, dilihat dari peristiwa yang paling awal terjadi, surah ini termasuk Makkiyah. Peristiwa yang pertama terjadi yaitu pada periode awal Islam di Mekkah yaitu ketika Bani Quraisy menanyakan leluhur Allah. Kemudian peristiwa berikutnya terjadi di Madinah dimana orang Nasrani atau orang Arab lain menanyakan gambaran Allah dan kemudian turun surah ini. Menurut Madudi, sumber-sumber yang berlainan tersebut menujukkan bahwa surah itu diturunkan berulang-ulang. Jika di suatu tempat ada Nabi Muhammad dan ada yang mengajukan pertanyaan yang sama dengan peristiwa sebelumnya, maka ayat atau surah yang sama akan diwahyukan kembali untuk menjawab pertanyaan tersebut. Selain itu, bukti bahwa surah ini Makkiyah adalah ketika Bilal bin Rabah disiksa majikannya Umayyah bin Khalaf setelah memeluk Islam. Saat disiksa ia menyeru, "Allahu Ahad, Allahu Ahad!!" (Allah Yang Maha Esa, Allah Yang Maha Esa!!). Peristiwa ini terjadi di Mekkah dalam periode awal Islam sehingga menunjukkan bahwa surah ini pernah diturunkan sebelumnya dan Bilal terinspirasi ayat surah ini.[5]
Pendapat lain yaitu menurut as-Suyuthi. Menurutnya kata "al-Musyrikin" dalam hadits yang bersumber dari Ubay bin Ka'ab tertuju pada Musyrikin dari kaum Ahzab, sehingga mengindikasikan bahwa surah ini Madaniyyah sesuai dengan hadits Ibnu Abbas. Dan dengan begitu menurutnya tidak ada pertentangan antara dua hadits tersebut jika surah ini Madaniyah. Keterangan ini diperkuat juga oleh riwayat Abus Syaikh di dalam Kitab al-Adhamah dari Aban yang bersumber dari Anas yang meriwayatkan bahwa Yahudi Khaibar datang menemui Nabi dan berkata, "Hai Abal Qasim! Allah menjadikan malaikat dari cahaya hijab, Adam dari tanah hitam, Iblis dari api yang menjulang, langit dari asap, dan bumi dari buih air. Cobalah terangkan kepada kami tentang Tuhanmu." Nabi tidak menjawab dan kemudian Jibril membawa wahyu surah ini untuk menjawab permintaan Yahudi Khaibar.[6]

[sunting] Keutamaan

[sunting] Dalam kisah-kisah Islam

Dalam beberapa hadits dikatakan bahwa Nabi Muhammad pernah bersabda bahwa pahala membaca sekali surah Al-Ikhlas sama dengan membaca sepertiga Al-Qur'an sehingga membaca 3 kali surah ini sama dengan mengkhatam Al-Qur'an. Kisah terkait hadits itu terekam dalam beberapa kisah. Seperti kisah ketika Nabi bertanya kepada sahabatnya untuk mengkhatam Al-Qur'an dalam semalam. Umar menganggap mustahil hal itu, namun begitu Ali menyanggupinya. Umar kemudian menganggap Ali belum mengerti maksud Nabi karena masih muda. Ali kemudian membaca surah Al-Ikhlas sebanyak 3 kali dan Nabi Muhammad membetulkan itu. Dalam hadits-hadits terkait hal ini, keutamaan surah Al-Ikhlas sangat memiliki peran dalam Al-Qur'an sehingga sekali membacanya sama dengan membaca sepertiga Al-Qur'an.
Riwayat Anas bin Malik juga merekam kisah berkaitan surah Al-Ikhlas yaitu dimana 70.000 malaikat diutus kepada seorang sahabat di Madinah yang meninggal hingga meredupkan cahaya matahari. 70.000 malaikat itu diutus hanya karena ia sering membaca surah ini. Dan karena banyaknya malaikat yang diutus, Anas bin Malik yang saat itu bersama Nabi Muhammad di Tabuk merasakan cahaya matahari redup tidak seperti biasannya dimana kemudian malaikat Jibril datang memberitakan kejadian yang sedang terjadi di Madinah.

[sunting] Keutamaan lain

Dalam riwayat Ibnu Abbas disebutkan Nabi Muhammad ketika melakukan Isra' ke langit, melihat Arsy di atas 360.000 sendi dimana jarak antar sendi 300.000 tahun perjalanan. Pada tiap sendi terdapat padang Sahara sebanyak 12.000 dan luas tiap satu padang sahara itu adalah dari timur ke barat. Pada setiap padang Sahara itu juga terdapat 80.000 malaikat dimana setiap malaikat membaca surah Al-Ikhlas dan setelah membaca itu mereka berdoa agar pahala mereka diberikan kepada orang yang membaca al-Ikhlas, laki-laki maupun perempuan.
Selain itu Nabi Muhammad juga pernah berkata bahwa Qul Huwallahu Ahad (ayat 1) tertulis pada sayap Jibril, Allahus Shamad (ayat 2) pada sayap Mikail, Lam Yalid Walam Yuulad (ayat 3) pada sayap Izrail, dan Walam Yaqullahu Khufuwan Ahad (ayat 4) pada sayap Israfil. Dan yang membaca al-Ikhlas memperoleh pahala membaca Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Qur'an. Lalu berkaitan sahabat, Nabi pernah berkata bahwa Qul Huwallahu Ahad (ayat 1) tertulis pada dahi Abu Bakar, Allahus Shamad (ayat 2) pada dahi Umar, Lam Yalid Walam Yuulad (ayat 3) pada dahi Utsman, dan Walam Yaqullahu Khufuwan Ahad (ayat 4) pada dahi Ali.[7]
Surah Al-Baqarah (Arab: البقرة , al-Baqarah, "Sapi Betina") adalah surah ke-2 dalam Al-Qur'an. Surah ini terdiri dari 286 ayat, 6.221 kata, dan 25.500 huruf dan tergolong surah Madaniyah. Sebagian besar ayat dalam surah ini diturunkan pada permulaan hijrah, kecuali ayat 281 yang diturunkan di Mina saat peristiwa Haji Wada'. Surah ini merupakan surah terpanjang dalam Al-Qur'an. Surah ini dinamai al-Baqarah yang artinya Sapi Betina karena di dalam surah ini terdapat kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil (ayat 67-74). Surah ini juga dinamai Fustatul Qur'an (Puncak Al-Qur'an) karena memuat beberapa hukum yang tidak disebutkan dalam surah yang lain. Dinamai juga surat Alif Lam Mim karena surah ini dimulai dengan huruf arab Alif Lam dan Mim.

[sunting] Isi


Tiga Golongan Manusia dalam menghadapi Al-Qur'an (1-20)
Keesaan dan kekuasaan Allah SWT. (21-39)
  • Perintah menyembah Allah SWT. Yang Maha Esa (21-22)
  • Tantangan Allah SWT. kepada Kaum Musyrikin mengenai Al-Qur'an (23-24)
  • Ganjaran bagi orang-orang yang beriman (25)
  • Perumpamaan-perumpamaan dalam Al-Qur'an dan hikmah-hikmahnya (26-27)
  • Bukti-bukti kekuasaan Allah SWT. (28-29)
  • Penciptaan manusia dan penguasaannya di bumi (30-39)
Peringatan Allah SWT. kepada Bani Israil (40-141)
Ka'bah adalah kiblat bagi seluruh umat Islam (142-214)
  • Sekitar pemindahan Ka'bah (142-152)
  • Cobaan berat dalam menegakkan kebenaran (153-157)
  • Manasik Haji (158)
  • Laknat terhadap orang-orang yang menyembunyikan ayat-ayat Allah SWT. dan orang-orang kafir (159-162)
  • Allah SWT. Yang Berkuasa dan Yang Menentukan (163-170)
  • Makanan yang Halal dan yang Haram (172-176)
  • Pokok-pokok kebajikan (117)
  • Kisas dan hikmahnya (178-179)
  • Wasiat (180-182)
  • Puasa (183-188)
  • Berjihad dengan jiwa dan harta di jalan Allah SWT. (189-195)
  • Haji (196-203)
  • Perbuatan orang-orang munafik (204-210)
  • Hikmah diutusnya para rasul dan berbagai cobaan bagi para pengikutnya (211-214)
Beberapa Hukum Syariat (215-252)
  • Orang-orang yang diberi nafkah (215)
  • Hukum perang dalam Islam (216-218)
  • Khamr, judi, harta yang dinafkahkan dan pemeliharaan anak yatim (219-220)
  • Pokok-pokok hukum perkawinan, perceraian, dan penyusuan (221-237)
  • Kewajiban mengerjakan salat biarpun dalam keadaan takut (238-239)
  • Wasiat untuk Istri dan Mutah (240-242)
  • Kewajiban berjihad dan mengeluarkan harta di jalan Allah SWT. (243-252)
Tentang rasul-rasul dan kekuasaan Allah SWT. (253-260)
  • Keistimewaan dan perbedaan derajat rasul-rasul (253)
  • Anjuran membelanjakan harta (254)
  • Ayat Kursi (255)
  • Tidak ada paksaan memasuki agama Islam (256-257)
  • Membangkitkan kembali orang-orang yang sudah mati (258-260)
Cara-cara menggunakan harta dan hukum-hukumnya (261-286)
  • Menafkahkan harta di jalan Allah SWT. (261-274)
  • Hukum Riba (275-281)
  • Kesaksian dalam Muamalah (282-283)
  • Pujian Allah SWT. terhadap para mukmin dan do'a mereka (284-286)

[sunting] Ringkasan isi

  1. Keimanan:
    Dakwah Islamiyah yang dihadapkan kepada umat Islam, ahli kitab dan para musyrikin.
  2. Hukum-hukum:
    Perintah mengerjakan salat; menunaikan zakat; hukum puasa; hukum haji dan umrah; hukum qishash; hal-hal yang halal dan yang haram; bernafkah di jalan Allah; hukum arak dan judi; cara menyantuni anak yatim, larangan riba; hutang piutang; nafkah dan yang berhak menerimanya; wasiat kepada dua orang ibu-bapa dan kaum kerabat; hukum sumpah; kewajiban menyampaikan amanat; sihir; hukum merusak mesjid; hukum mengubah kitab-kitab Allah; hukum haidh, 'iddah (masa menunggu bagi perempuan yang baru ditinggal suaminya karena meninggal atau cerai), thalak (perceraian), khulu', ilaa' dan hukum susuan; hukum melamar, mahar (mas kawin), larangan mengawini wanita musyrik dan sebaliknya; hukum perang.
  3. Kisah-kisah:
    Kisah penciptaan Nabi Adam a.s.; kisah Nabi Ibrahim a.s.; kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
  4. Dan lain-lain:
    Sifat-sifat orang yang bertakwa; sifat orang-orang munafik; sifat-sifat Allah; perumpamaan-perumpamaan; kiblat, kebangkitan sesudah mati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar